Seraya (Dalam pengucapan Sasak dibaca: S’raye) adalah nama sebuah
dusun di bukit sebelah barat lembah Bengkaung. Warga Bengkaung
menamakannya gunung baret (Bukit Barat-pen). Menyebut
Seraya tidak akan pernah meninggalkan nama Bunian yang merupakan nama dusun
tetangga di bukit sebelah timur lautnya. Mereka dari rumpun sama yaitu
Bengkaung perbukitan yang kemudian dikenal sebagai daerah BUSER (Bunian-Seraya), atau kadang dibalik menjadi SERBU (Seraya-Bunian). Keduanya merupakan bagian
dari desa Bengkaung.
Seraya dulunya merupakan daerah yang rawan, karena lokasinya agak
terpencil di perbukitan yang merupakan perbatasan segitiga besi (iron
triangle) dari tiga desa yang bertetangga yaitu desa Bengkaung, desa Sandik,
dan desa Senteluk. Ketiganya di wilayah kecamatan Batulayar Kabupaten Lombok
Barat. Karena letaknya yang strategis dan kerentanannya yang menjadi sasaran
kejahatan seperti pencurian, perampokan dan yang lainnya maka pola pemukiman
perumahannya terkumpul di suatu lokasi yang kemudian disebut Seraya. Konon,
kata “seraya” sendiri merajuk pada nama salah satu banjar Bali di wilayah kelurahan Pagesangan Kota Mataram yang dulunya membuka daerah ini, dibuktikan dengan
adanya seme (Pemakaman warga Hindu) dan sumur pancuran (Pancor) tempat
mandi dan mengambil air warga setempat, serta sebuah pohon yang sangat besar dan tua yang
berumur ratusan tahun.
Keluarga Bengkaung Seraya
Dalam publikasi yang bertemakan: Cikal Bakal Trah Banuwara, dan
beberapa tema lainnya dalam blog ini disebutkan bahwa Titik Jagad - datu/pengeraksa Banuwara terakhir, yang adalah salah satu cicit Titik Gembot,
memperanakkan tujuh orang anak, yang terdiri dari empat orang laki-lagi dan tiga
orang perempuan (Sumber lengkap disebutkan dalam tulisan yang berjudul “Van
Banuwara” - terbit Juni 2021). Mereka adalah: Miraja (Papuk Eja), Peleloh
(Papuk Elo atau Amak Rumaji), Pengal (Papuk Pengal), Seorang puteri tidak
ditahu namanya, Ranggik (Papuk Ranggik), Inak Rinayu, dan Suraja (Papuk Owok
atau Amak Nurinah).
Keempat puteranya, yaitu: Miraja, Peleloh, Pengal, dan Suraja,
tidak akan kita bahas dalam publikasi ini, karena mereka adalah keturunan
laki-laki yang menurunkan trah Banuwara yang sudah banyak disebut dalam
berbagai tulisan. Yang akan disampaikan adalah ketiga puteri Titik Jagad, yang
mana dari ketiganya dikhususkan pada satu orang yang memiliki trah jelas yaitu:
Inak Rinayu, yang menetap dan beranak-pinak di dusun Seraya. Dua orang puteri lainnya
tidak ada catatan, hanya keberadaanya dan nama salah seorang di antaranya yang
dapat diidentifikasi sebagai Papuk Ranggik.
Inak Rinayu yang menetap di Seraya, adalah anak keenam dari Titik
Jagad, dan anak puteri yang paling muda. Dari sumber yang menyampaikan
disebutkan Inak Rinayu menikah, dan memperanakkan: Rinayu (Inak Ayah), Amak
Sati (berjejalek: Jorek), Acah alias Amak Nusiah (berjajalek: Donclok), dan Lok
Iyah (berjejalek: Unong). Rinayu memperanakkan Ayah. Amak Sati memperanakkan
Sati, dan Iyah. Acah memperanakkan: Nusiah, Ali, dan Saleh. Lok Iyah tidak
berketurunan.
Sati (Inak Tsaniyah) binti Amak Sati menikah dengan Ani (Amak Tsaniyah) bin Rawit (Amak Ani) bin S’riyan (Amak Rawit), memperanakkan: Tsaliyah, Tsaniyah, Alisyah, Alifah, Samiyah, dan Maulud. Tsaniyah menikah dengan Mustafa (Amak Yahya) bin H. Muhammad Shaleh bin Suraja (Amak Nurinah), memperanakkan: H. Muhammad Zakaria, Darmataksiyah, H. Mushawwir, Khoti’atun, Harun, dan Hj. Syari’ah. Alisyah alias Amak Sapiyah (Kemudian menjadi H. Lukmanul Hakim) menikah dengan Syarifah (Inak Fatimah), memperanakkan: Sapiyah, Muhammad, Natsir, Sitiyah, dan Duriyah. Alifah menikah dengan Hormat bin Ali (Amak Ratimah) bin Amak Saim, memperanakkan: Wahid, Wahab, dan Badaruddin. Dari suaminya yang lain bernama Ati (Amak Nep), Alifah memperanakkan Saimah. Dari suaminya yang ketiga bernama Amak Kitok, Alifah tidak memperoleh anak. Samiyah menikah dan memperanakkan: Fajariyah, Abbas, Jamaluddin, Mahsun, dan Marniyah. Maulud menikah dengan Muhammad Natsir memperanakkan: Mahyuddin, Mahsun, Muhammad, Nasrah, Abdul Munip, dan Zulkifli.
Iyah (Amak Mariyah) bin Amak Sati menikah, dan memperanakkan Mariyah.
Nusiah binti Acah (Amak Nusiah), tidak ada catatan.
Ali (Amak Rawiyah) bin Acah (Amak Nusiah) menikah dengan Inak Rawiyah, memperanakkan: Rawiyah, Sadiyah, Asiah, Muhammad, H. Abdurrahman, Rahmat, dan Hj. Maisah. Rawiyah memperanakkan Ayyub, dan Ripa'ah. Muhammad memperanakkan: Budri, Saleh, Asniyah, dan Rumsiyah. H. Abdurrahman memperanakkan Subki dan saudara-saudaranya. Rahmat memperanakkan: Mardi’in, Sari’in, dan Misnah. Hj. Maisah menikah dengan Arpin memperanakkan: Suciah, Maryam, Najmuddin, dan Ishak.
Saleh (Amak Rapiyah) bin Acah (Amak Nusiah) menikah dengan Inak
Rapiyah memperanakkan: Rapiyah, Sapiyah, H. Mu’in, H. Khairuddin, dan Ahmad. H.
Mu’in memperanakkan Musa dan saudara-saudaranya. H. Khairuddin memperanakkan
Suhaimi dan saudara-saudaranya.
Itulah garis besar keturunan Inak Rinayu binti Titik Jagad yang menempati daerah Seraya dan sekitarnya menurut adat istiadat dan bahasa mereka. Adapun generasi sekarang mudah ditemukan tautan nasab dan kekerabatannya.
Catatan:
Untuk melengkapi publilkasi ini, terbuka ruang konfirmasi dan update bagi keluarga atau kerabat yang ingin memberikan kontribusi dan/atau mendaftarkan nama-nama dari generasi terakhir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar