Selasa, 01 Februari 2022

SILSILAH PATRILINEAL TRAH BANUWARA

Trah Banuwara

Disebutkan dalam Babad Lombok dan Babad Suwung bahwa setelah meletusnya gunung Samalas (anak gunung Rinjani), berdirilah desa-desa baru yang merupakan cikal bakal kerajaan/kedatuan di tanah Sasak untuk beberapa abad ke depan. Salah satunya kerajaan Banuwa yang didirikan oleh putera ke-11 Datu Betara Indera dengan Diah Sita, yaitu Ki Nyaka Koarlalang pada paruh kedua abad XIII. (Mengenai kerajaan/kedatuan Sasak Suwung dan Betara Indera, sejarah serta silsilahnya terdapat pada tulisan dalam blog ini yang bertema: Cikal Bakal Trah Banuwara.)

Trah Banuwara atau disebut juga wangsa Banuwang adalah salah satu puak dalam masyarakat suku Sasak di pulau Lombok merupakan penduduk asli desa Bengkaung, Lombok Barat yang sekarang menetap dan beranak pinak di wilayah ini sejak waktu yang cukup lama. Merupakan bagian dari trah Banuwa di Mantang dan Batukliang, Lombok Tengah. Nenek moyang puak ini mendirikan Kedatuan Banuwara pada awal abad XVIII. Nama Banuwara sendiri dari kata “Banuwang Panagara” yang berarti: Negara Orang Banuwa, adalah nama asli Bengkaung di masa lampau.

Sebagaimana diketahui, garis silsilah trah Banuwara berasal dari abad XII. Pada awal paruh kedua abad XIII, tepatnya pada 1257, Kedatuan Banuwa didirikan. Tidak kurang dari delapan generasi kemudian pewaris Banuwa yang terakhir yaitu datu Batuwa, menyerahkan sebagian wilayahnya kepada adiknya yang bernama Dharma yang adalah mahamenteri dan panglima tingginya. Wilayah yang diberikan adalah bagian barat yang kemudian dikenal sebagai Banuwara atau Benu Ara pada 1720Jadi pada tahun itulah Banuwara didirikan dan menjadi sebuah kedatuan yang merdeka dan mandiri. Empat generasi kemudian tepatnya 1880, tempat ini lebih dikenal sebagai Mbeng Kaong atau Bengkaung.


Sumber Penulisan

Sumber penulisan sejarah dan silsilah trah Banuwara adalah beberapa manuskrip awal berupa babad, piagam, pengiling-iling dan beberapa sumber tertulis lainnya dari abad XIX dan XX, dilengkapi dan diperkuat oleh informasi verbal dari para tetua Bengkaung yang punya otoritas dan terpercaya, dalam kondisi sadar serta masih segar ingatannya.

Beberapa di antara sumber penulisan dapat disebutkan sebagai berikut :

1.    Babad Boentji Serawak, dalam Vogelesang, 1923;

2.    Babad Suwung;

3.    Piagam Banuwa;

4.    Manuskrip Ama’ Koerlanglang, Tumenggung Batukliang I;

5.    Catatan Muh. Rabbi bin H. Muh. Amin (1896-1997), dari Suraja bin T. Jagad;

6.    Ja’far bin Rumaji bin Peleloh (w. 1994);

7.    Aceh bin H. Muh. Shaleh bin Suraja (w. 2015), dari Fatimah binti Suraja;

8.    Sadli bin H. Shabri (Kepala Desa Lembahsari 1999-2012), dari Abdul Hamid bin Suraja,

dan sumber-sumber lain yang relevan.


Silsilah Patrilineal

Silsilah trah Banuwara secara patrilineal dimulai dari Sang Dharma, yang kemudian lebih dikenal sebagai TGembot, adik datu Batuwa. Dikatakan bahwa keduanya (Batuwa dan Dharma) adalah putera datu Banuwa (Benuha) yang memerintah abad XVII – keturunan ke-7 dari Sungsunan Banuwa I (Ki Nyaka Koarlalang). Datu Batuwa memperanakkan Kendran dan Bunian. Dharma (TGembot) memperanakkan TGembot II, TNgringik dan TNgrangak. Putera datu Banuwa (Benuha) lainnya menurunkan para pedaleman Mantang di Lombok Tengah. TGembot II memperanakkan TGembot III, TGembot III memperanakkan TJagad dan TSerani. TJagad menikah dengan IMiraja, memperanakkan tujuh orang anak, yaitu empat orang laki-laki dan tiga orang perempuan. Keempat putera Jagad melanjutkan trah Banuwara atau wangsa Banuwang di Bengkaung dan daerah sekitarnya.

Notifikasi trah Banuwara secara patrilineal (garis laki-laki) yang terdaftar sepanjang dekade terakhir abad XX dan awal abad XXI disebutkan secara lengkap. Nama-nama perempuan atau jenis kelamin wanita atau dari garis keturunan ibu (matrilineal) tidak disebutkan, namun memiliki tempat pembahasan tersendiri dalam penulisan berikutnya, kecuali yang memang ditokohkan dan disebutkan dalam babad, piagam dan manuskrip lama untuk tujuan mengingatkan.

Berikut catatan nama-nama trah Banuwara (Wangsa Banuwang) dari garis laki-laki (patrilineal) :

Disebutkan bahwa cucu laki-laki T. Gembot (Dharma) dari putera sulungnya memperanakkan T..Jagad dan T. Serani*. T. Jagad menurunkan trah Banuwara di Bengkaung. Sementara catatan tentang adik perempuannya T. Serani berakhir di sini. T. Jagad memperanakkan MirajaPeleloh, Pengal*, dan Suraja.

 

Miraja (P. Eja) bin T. Jagad memperanakkan A. Ijah.    A. Ijah memperanakkan Miraji dan Anci.    Miraji (A. Abdullahip) memperanakkan Abdullahip* dan Abdurra’uf*. Anci (A..Jenep) memperanakkan Jenep*, Bongkak*, Ayyub* dan Jalaluddin. Jalaluddin memperanakkan Sa’at dan Muzahar. Sa’at memperanakkan Budi Mulyono*. Muzahar memperanakkan Zainul Fu’ad*. Itulah semua keturunan Miraja yang menempati daerah Bengkaung Lauk.

 

Peleloh (A. Rumaji) bin T. Jagad memperanakkan Rumaji, Sawi, dan Satani. Rumaji (A. Riase) memperanakkan    Bahmin, Abdul Amin, Rajab, Ja’far, dan Acim*.    Sawi (A..Jumahir)    memperanakkan H. Abdurrahim, Periduk*, H. Muhammad Imam, H..Muhammad Utsman, dan Hatta*. Satani (A. Mirata) memperanakkan Mirata.

Bahmin (A. Addis) bin Rumaji memperanakkan Addis* dan Addid*.

Abdul Amin (A. Rumsiyah) bin Rumaji memperanakkan Rumsiyah* dan Rasiyah. Rasiyah memperanakkan Sarbini* dan Sabli*.

Rajab (A. Madin) bin Rumaji memperanakkan Madin dan Imah. Madin memperanakkan Murdan. Imah memperanakkan H. Jumuhur dan Mursan*. Murdan memperanakkan Sudirman*. H. Jumuhur memperanakkan Agus Hartawan* dan Rudi Hartono*.

Ja’far (A. Darsiyah) bin Rumaji memperanakkan Muniah, Munirah, Mustiah, dan Kiah*. Muniah memperanakkan Marzuki*, Jupri, Burhanuddin*, dan Tanwir*. Munirah memperanakkan Rusni*. Mustiah memperanakkan Muhammad Sapani* dan Zulkifli*. Jupri memperanakkan Suprianto*.

H. Abdurrahim (Jumahir) bin Sawi memperanakkan Akim dan Arim*. Akim memperanakkan H..Jumesah, H. Muhammad Makbul, Hakim*, dan Siddik*. H. Jumesah memperanakkan Ahmad Junaidi* dan Mulyadi Alkapitani*. H. Muhammad Makbul memperanakkan Muhammad*.

H. Muhammad Imam (Iman) bin Sawi    memperanakkan    H. Muhammad Anwar dan H. Abdul Quddus. H. Muhammad Anwar memperanakkan Munawir*, H. Muzakki*, Baihaki*, Ahmad Syadzali*, Andi*, dan Faradi*.    H. Abdul Quddus    memperanakkan    H. Munawir,    Munawar*, Mura’i*, H. Agus Hartawan*, H. Faizul Bayani*, dan Zikrullah*. H..Munawir memperanakkan Bayyin* dan Majdi*.

H. Muhammad Utsman (Utsman) bin Sawi memperanakkan H. Muhammad Salihin. H. Muhammad Salihin memperanakkan Najmi* dan Musleh*.

Mirata (A. Salim) bin Satani memperanakkan Salim* dan Cembun. Cembun memperanakkan Sayuti* dan Saruji. Saruji memperanakkan Muhammad*.

Itulah semua keturunan Peleloh yang menempati daerah Bengkaung Lauk dan Pelolat.


Pengal bin T. Jagad, tidak berketurunan.

 

Suraja (A. Nurinah) bin T. Jagad memperanakkan H. Muhammad Shaleh, H. Sulaiman, Abdul Hamid, dan Ya’kub. H. Muhammad Shaleh memperanakkan Yahudza, (putera)*, Mustafa, Muhammad, Abdurrasyid, Abdul Hafidz, H. Abdul Harits, dan Aceh. H..Sulaiman memperanakkan Udin, Sa’id, Thahir, Abdul Ghaffur, Urip, dan Muhtar*. Abdul Hamid (A. Yahmin) alias P. Empang memperanakkan H. Umar, Abdul Jalil, H. Shabri, dan H.,Muhammad Mukmin. Ya’kub (A. Dahlan) memperanakkan Dahlan*.

Yahudza (A. Ayep) bin H. Muhammad Shaleh memperanakkan Ayep* dan Gaseh. Gaseh memperanakkan Arsah, Muhammad*, dan Marniah*. Arsah memperanakkan Hamdani*.

Mustafa (A. Yahya) bin H. Muhammad Shaleh memperanakkan Yahya*, Munakip*, H..Muhammad Zakaria, H. Mushawwir, dan Harun. H. Muhammad Zakaria memperanakkan Ahmad Taufik Syukrianto* dan H. Sastrawan. H. Mushawwir memperanakkan Agussaleh Syahroni*, Muhammad Azizul Akhyarroni*, dan Muhammad Kholid Mushawwir*. Harun memperanakkan Fihiruddin*. H. Sastrawan memperanakkan Gallanta Luthfi Estranda*, Ilyas Fakhri Estranda*, dan Muwaafa Ubay Estranda*.

Muhammad bin H. Muhammad Shaleh memperanakkan Azhar* dan Darmawan. Darmawan memperanakkan Afif Syarifuddin*.

Abdurrasyid (A. Rajab) bin H. Muhammad Shaleh memperanakkan Rajab* dan Husnul Basari. Husnul Basari memperanakkan Muhammad Rosul Arnandi*.

Abdul Hafidz (A. Syawal) bin H. Muhammad Shaleh memperanakkan Syawal* dan Subki*,

H. Abdul Harits bin H. Muhammad Shaleh memperanakkan Jumelah*, Asgar (M. Sagir), Mayadi, Marzanwadi, dan Ishak. Asgar (M. Sagir) memperanakkan Sukriadi* dan Huda*. Marzanwadi (Sanuadi) memperanakkan Jumadi*. Ishak memperanakkan Adrian Haritski*.

Aceh bin H. Muhammad Shaleh memperanakkan Marzikin dan Zulkarnain. Marzikin memperanakkan Rizki Satiawan* dan Maulana Hasbi*. Zulkarnain memperanakkan Muhammad Jaelani*, Syahri*, Rendi Irawan*.

Udin bin H. Sulaiman memperanakkan Mu’in* dan Zaedon. Zaedon memperanakkan Syukur*, Awaluddin* dan Hasan*.

Sa’id bin H. Sulaiman memperanakkan Yasin, Utsman*, dan Umar*. Yasin memperanakkan Syafi’i*.

Thahir bin H. Sulaiman memperanakkan Kamaruddin* dan Jumelah. Jumelah memperanakkan Ahmad* dan Maseri*.

Abdul Ghaffur (A. Mukim) bin H. Sulaiman memperanakkan Mukim, Yahya*, dan Salikin. Mukim memperanakkan Zainuddin. Salikin memperanakkan Akmaluddin*, Musmuliadi, Sataruddin*, dan Ahmadi*. Zainuddin memperanakkan Nasruddin*. Marwi*, Mukhlis*. Musmuliadi memperanakkan Rozik Alwahid*.

Urip bin H. Sulaiman memperanakkan Mahsun* dan Munir. Munir memperanakkan Ramli*, Rusni*, Sabaruddin*, Sapoan*, dan Muhammad Jaelani Antorodi*.

H. Umar bin Abdul Hamid memperanakkan Aseli*, H. Tanwir, dan Shabri*. H. Tanwir memperanakkan Syamsuddin*.

Abdul Jalil bin Abdul Hamid memperanakkan Salihin* dan Rabi’in. Rabi’in memperanakkan Abdul Ghaffur*, Abdul Ghaffar*, Abdul Gharun*, Mustafa Shagir*, Mustafa Shadi*, dan Zainul Huda*.

H. Shabri bin Abdul Hamid memperanakkan Sadli, H. Junaidi, Zainuddin*, dan Shabri*. Sadli memperanakkan Joni Haryanto*, Ahmad Faudzan*, Imamul Adzkar, dan Izzulfajri*. H. Junaidi memperanakkan Shabri*, Ahmad Muhaimi*, dan Zainuddin*. Imamul Adzkar memperanakkan Fawakum Suraja*.

H. Muhammad Mukmin bin Abdul Hamid memperanakkan Ahmad*, Ahmad Mu’aini, dan Zulyadain*. Ahmad Mu’aini memperanakkan Ahmad Irfan Ma’sum*.

Itulah semua keturunan Suraja yang menempati daerah Bengkaung Lauk, Bengkaung Tengak, Bengkaung Daye, Bunian dan Pelolat. Keturunan Suraja kemudian lebih dikenal sebagai Bani Nurinah.

 

Keterangan:

Tanda bintang *  berarti yang bersangkutan namanya hanya sampai di sini dengan alasan tidak berketurunan (laki-laki) atau tidak/belum ditemukan catatan keturunannya. 

Nama di antara tanda kurung ( … ) berarti nama lain, alias atau jejalik/jejuluk.

Beberapa singkatan karakter dalam tulisan ini, yaitu: A. untuk Amak (Ayah), H. untuk Hajji, I. untuk Inak (Ibu), P. untuk Papuk (Ninik), dan T. untuk Titik (Ninik ke-3).

 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar